44 (empat puluh empat) tahun sudah Korps Sukarela Universitas Brawijaya atau yang lebih dikenal KSR UB berdiri dan selama itu pulalah terdapat riak maupun gelombang permasalahan baik itu secara interen maupun internal Organisasi. Baik mulai Keinginan lepas dari Palang Merah Indonesia sampai masalah Uniform (Seragam) khusus KSR UB. Disini penulis tidak akan membahas masalah keinginan lepasnya KSR UB dari KSR PMI akan tetapi lebih pada Seragam yang ada pada KSR UB itu sendiri.
Sedikit melihat sejarah jaket BIRU ABANG KSR UB pada saat itu mas YORIKO (Co. Sie Operasi) Diklat 8 melihat IMPALA sudah mempunyai jaket organisai dan menjadi kebanggan mereka sementara KSR UB tidak punya identitas sama sekali, akhirnya memiliki ide utk membuat desain Jaket khusus KSR dengan berbekal Corat coret di dibuku kuliahnya mendesain sendiri model dan bentuknya serta belanja bahan kain jaket di Jodipan dan langsung dijahit ke penjahit jodipan berhasil membuat 12 pcs Master Jaket KSR dg biaya mandiri. Akhirnya terwujudlah JAKET yang multi fungsi sehingga bisa digunakan untuk atribut sekaligus sebagai alat pertolongan darurat (jaket digunakan sebagai tandu) Maka mulai saat itu di KSR UB identik dengan JAKET BIRU ABANG dan sampai sekarang jeket tersebut menjadi atribut sekaligus daya tarik akan KSR UB itu sendiri, karena itu tidak dipungkiri sebagian Anggota KSR UB yang mendaftar ikut DIKLATSAR tertarik akan Seragam jaket tersebut (menurut survey pandangan pertama ketertarikan seseorang adalah dari Penampilan). Karena kesan yang timbul adalah Gagah, Cantik dan Berwibawa sekali ketika melihat Mas dan Mbak Anggota KSR UB ketika melakukan pertolongan ataupun Siaga Kesehatan pada saat OSPEK (Orientasi Study Pengenalan Kampus) atau apapun namanya sekarang. Oleh karena itu hal itu ditindaklanjuti oleh Pengurus Harian (PENGHAR) pada saat itu dengan mengeluarkan aturan. Bahwa setiap anggota KSR UB yang ikut kegiatan Operasi Harus Wajib Memakai JAKET BIRU ABANG KSR UB tersebut. Tapi akhir-akhir ini penulis melihat kebudayaan akan penggunaan jaket tersebut semakin hilang digantikan dengan kaos yang asal ada tulisannya KSR UB (kaos kepanitian) yang begitu banyak ragamnya sehingga menghilankan Jati diri kalo mereka yang bertugas adalah Anggota KSR UB yang Nota bene terkenal dengan JAKET BIRU ABANG nya sehingga secara tidak langsung mereka telah mengurangi proses pengenalan KSR UB kepada Mahasiswa-mahasiswa baru. Sehingga timbul pertanyaan kenapa keanggotaan KSR UB cenderung menurun tiap tahunnya? apa karena memang Mahasiswa baru tersebut sudah tidak mau lagi aktif di UKM atukah KSR UB itu sendiri yang kurang bisa MENJUAL DAYA TARIKNYA sehingga banyak MABA yang tidak tertarik dan ingin ikut mendaftar dan aktif di KSR UB. mungkin ini juga yang harus ditindak lanjuti oleh Sie. LITBANG KSR UB secara khususnya dan KSR UB itu sendiri secara umumnya.
Pakaian Dinas Harian (PDH) BIRU ABANG bermula Pada sekitaran tahun 2001 di teras KAV.1 KSR UB timbul pikiran dari 4 (empat) orang anggota KSR UB antara lain RIZAL EFFENDI (Ketum), M. ISMAIL (Kabid. II), ARIEF SUBASIR (Co.Dikten) serta RONY S (Sekum) mempunyai gagasan untuk membuat Seragam Khusus PDH (Pakaian Dinas Harian) untuk acara Formal karena dipandang saat itu bila menghadiri Undangan-undangan dari KSR lain kita selalu menggunakan JAKET BIRU ABANG, pada hal KSR PMI lain menggunakan seragam PDH PUTIH BIRU PMI. Maka gagasan itu ditindak lanjuti dengan menyusun bagaimana bentuk Pakaian Dinas yang tetap membawa Warna khas BIRU ABANG jaket KSR UB sehingga jadilah Hem/ Pakaian Dinas Harian BIRU ABANG KSR UB dengan rincian pada Lengan Kiri terdapat Lambang Universitas Brawijaya dan pada lengan kanan terdapat Bet Logo segi tiga KSR UB sama dengan yang terdapat di jaket, serta pada atas saku dada kanan terdapat Bordiran Nomor Induk Organisasi KSR UB. Dimana arti penempatannya di lengan kiri adalah Univ. Brawijaya karena KSR UB secara struktural terletak dibawah naungan Rektor/Univ. Brawijaya. pada lengan kanan Logo merupakan Indentitas dari KSR UB serta NIO merupakan bukti keanggotaan yang bersangkutan.
Kegunaan atau cara pemakaian PDH KSR UB ini memang tidak terdapat secara formal dalam AD/ART karena baik Jaket atau PDH tersebut memang tidak ada pengaturan secara jelas didalamnya. Alangkah baiknya ini nanti ditindak lanjuti dengan menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan / dengan merefisi AD ART KSR UB mengenai Seragam Almamater dengan memasukkan tata cara Pemakaian seragam pada KSR UB perlu diatur tersendiri, sehingga lebih teratur pada saat apa kita memakai Jas Almamater UB, JAKET BIRU ABANG KSR UB dan kapan kita harus memakai Pakaian Dinas Harian BIRU ABANG KSR UB. Idealnya suatu Organisasi mempunyai aturan mengenai pemakaian Seragam. Dalam hal ini kita dapat mencontoh pada TNI dimana mereka mempunyai aturan-aturan yang baku mengenai Seragam dan kapan harus menggunakan seragam tersebut. Selain itu pula perlu diatur mengenai kapan anggota KSR UB itu harus mempunyai Jaket serta mempunyai Pakaian Dinas. Dulu bagi semua anggota yang belum mempunyai JAKET KSR UB tidak diperbolehkan memiliki PDH KSR UB ini bersifat WAJIB. Karena ini bukti PENGHORMATAN akan Jaket KSR UB itu sendiri, sehingga dengan adanya PDH baru Jaket KSR tidak akan hilang dalam penggunaannya.
Pada dasarnya penulis hanya bisa bercerita dan untuk kedepannya terletak pada pundak kalianlah para penerus KSR UB, mau dibawa kemana dan dibuat apa KSR UB itu terserah pada kalian semua. Dengan harapan Tetap Jayalah KORPS SUKARELA UNIV. BRAWIJAYA. Dengan semboyan PERHUMANITATEM AD PACEM.
*) Anggota Diklat KOMANDAN ( D’ XVIII ) KSR UB
Mantan Co. DIKTEN 2000-2001 dan Mantan SEKUM KSR UB 2001-2002